Rabu, 25 Desember 2019

BUDAYAKAN GLS DAN GERNASBAKU PADA ERA MILLENIAL


BUDAYAKAN GLS DAN GERNASBAKU PADA ERA MILLENIAL


Oleh  : Asiyatul Jalilah S.Pd ,M.M
Guru SDN 1 Sukomulyo Manyar Gresik
aisyatul.jalilah3gmail.com
Hakekat dari membaca
                Membaca dapat diibaratkan membuka  jendela dunia , karena dengan membaca akan memperluas wawasan kita . Membaca juga dapat meningkatkan daya pikir dan kemampuan seseorang dalam menemukan hal – hal baru yang berguna bagi kehidupan  dengan ( Gerakan literasi Sekolah ) GLS dan ( Gerakan nasional orang tua membacakan buku ) GERNAS BAKU .

Di Sekolah Dasar Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ) adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaborasi berbagai elemen . Upaya  yang ditempuh untuk mewujudkan nya berupa pembiasaan membaca peserta didik .Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca ( Guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati , yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah . Ketika pembiasaan membaca terbentuk , selanjutnya akan diarahkan ketahap pengembangan , dan pembelajaran ( disertai tagihan berdasarkan kurikulum 2013 ).Variatif kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan ketrampilan reseptif maupun produktif .Kegiatan GLS ini akan dapat berkembang apabila dibarengi dengan program GERNASBAKU.
Gerakan nasional orang tua 
Gerakan nasional orang tua membacakan buku ( GERNAS BAKU ) adalah Gerakan nasional orang tua membacakan buku yang bertujuan untuk membiasakan orang tua membacakan buku bersama anak dengan mempererat hubungan social –emosi antara anak dan orang tua dengan menimbulkan minat baca Abad ke – 21 membutuhkan anak-anak yang mampu berfikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Abad ini menuntut orang tua untuk mendampingi anak-anaknya mampu menguasi kecakapan beragam literasi (multiliterasi). Persoalan terbesar bangsa ini dalam lingkup pendidikan adalah masih rendahnya minat baca dikalangan pelajar. Padahal kita mengetahui bahwa bangsa kita akan mendapatkan bonus demografi, yaitu membludaknya usia angkatan muda pada beberapa tahun mendatang. Usia angkatan muda saat ini, jika tidak dibekali dengan kekuatan membaca, maka akan menjadi bencana bagi bangsa Indonesia. Pengangguran dimana-mana akan menimbulkan gejala penyakit social, disebabkan lemahnya penguasaan informasi dan skill untuk bekerja. Dampak terbesarnya berimplikasi pada beban negara. Maka idealnya membaca harus mampu meningkatkan taraf kehidupan ekonomi, daya kritis, budaya kerja dan budaya mutu dalam bidang hasil produk masyarakat. Sayangnya kesadaran budaya baca ini masih jauh dari harapan .

Gerakan Nasional Orang Tua Membaca Buku (GERNAS BAKU) kepada anak merupakan gerakan untuk mendukung inisiatif dan peran keluarga dalam meningkatkan minat baca anak melalui pembiasaan di rumah .Tujuan dari gerakan ini membiasakan orang tua membacakan buku bersama anak agar mempererat hubungan sosial – emosi antara anak dan orang tua, serta menumbuhkan minat baca anak sejak dini. orang tua mempunyai peran yang sangat penting untuk menumbuhkan minat baca pada anak.



Membangun kemampuan literasi anak, baik literasi lama (membaca, menulis, berhitung), dan literasi baru (literasi data, teknologi, dan humanisme) sangat ditentukan keluarga. Sebab, keluarga menjadi taman persemaian intelektual, spiritual, dan moral anak-anak. Jika kita dihadapkan zaman disrupsi (ketercerabutan) di era Revolusi Industri 4.0 ini, maka bonus demograsi Indonesia pada 2045 harus disiapkan jauh-jauh hari. Tantangan keluarga harus bisa menyiapkan anak-anak menjadi generasi emas pada hari depan. Anak-anak melek literasi atau sebaliknya sangat ditentukan pola asuh, among, dan iklim keluarga yang literat atau tidak. Kunci kesuksesan pendidikan anak sangat ditentukan pendidikan pertama dan utama dalam keluarga.

Menurut Clay ( 2001 ) dan Ferguson laman google (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini . literasi dasar . literasi perpustakaan ,literasi media , literasi teknologi dan literasi visual . Dalam konteks Indonesia .Literasi dini diperlukan sebagai dasar perolehan berliterasi tahap selanjutnya . Semua Komponen literasi tersebut menjadi acuan dalam perkembangan anak .

DiSekolah Dasar ada cara membangkitkan minat baca langkah – langkah itu yaitu :

1. Sekolah bekerjasama dengan orang tua untuk memantau bacaan buku para siswanya di rumah. Hal ini keberlanjutan dari Gerakan Literasi Sekolah, kalau di sekolah ada bimbingan guru dan sudah berjalan, maka perlu untuk menggandeng orangtua di rumah program GERNASBAKU diterapkan. Fungsinya untuk membatasi siswa bermain di jalanan atau mengunakan gawai berlebihan. Format pemantauan bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Hari kunjung perpustakaan. Kita sekolah bisa memprogramkan kegiatan membaca di luar sekolah manfaatnya sangat besar. Kita tahu bahwa 14 September Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca pencanangannya dimulai sejak tahun 1995 oleh Presiden Soeharto, tujuannya untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia yang tergolong masih rendah. Jika tempat wisata jauh dan dananya cukup besar. Bolehlah hadir dan bawa anak-anak ke acara Hari Kunjung Perpustakaan, karena perpustakaan kabupaten dan kota juga bahkan provinsi pasti mengadakannya. Biasanya ada banyak lomba, pameran buku, temu penulis, penerbit, doorprize buku, bahkan juga bedah buku. Bahkan kalau ada siswa yang punya karya juga bisa obrolkan dengan penerbit.

3.program kunjungan hari buku sedunia, 23 April Hari Perayan Buku Sedunia yang ditetapkan UNESCO (Penerbit, penulis, hak cipta berkumpul diacara ini. Anak-anak akan merasa bosan berlama-lama belajar di kelas. Hari buku sedunia menjadi alternatif untuk wisata buku. Mereka akan bertemu dengan pengarang, penerbit, dan acara bedah buku. Perlu dicoba. Jadi, tour wisata tidak melulu soal keindahan pantai, gunung dan laut. Hal semacam ini juga akan membuat siswa sangat termotivasi karena akan bertemu dengan penulis idola mereka.

4.Mengikutkan siswa untuk kunjungan IBF. Ada satu lagi kegiatan yang cukup spektakuler, yakni mengikutkan siswa untuk kunjungan IBF (Islamic Book Fair) yang dilakasanakan pada bulan April setiap tahunnya, tahun ini dilaksanakan pada tanggal 18-22 April yang bertempat di JCC (Jakarta Convention Center), Senayan-Jakarta. Ini didominasi buku-buku Islam. Ajak semua siswa, ramaikan, siswa beri tugas dari hasil kunjungan tersebut. Kasih rumus 5 W + I H. Umumkan di hari senin siapa yang membuat laporan/beritanya bagus untuk motivasi siswa yang menang dan juga yang belum menang.

5. Ada IIBF (Indonesia Internasional Book Fair). Tahun 2018 IIBF dilaksanakan pada tanggal 12-16 September di di JCC (Jakarta Convention Center, Senayan-Jakarta Pusat selama 5 hari. Jika IBF belum bisa hadir, ini ada kegiatan yang lebih bagus lagi IIBF (Indonesia Internasional Book Fair). Ajak dan bawa, kalau di IBF adalah siswa, di IIBF gantian gurunya. Karena meningkatkan mutu membaca tidak hanya siswa, guru juga penting sebagai leader membaca di sekolah.

6. Peringatan bulan bahasa. Setiap bulan oktober ada kegiatan bulan bahasa, yaitu kegiatan yang berlangsung dibulan oktober untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda hendaknya sekolah meramaikannya dengan kegiatan yang meningkatan budaya baca / mengikutsertakan siswanya dalam even lomba di berbagai kampus dan juga lembaga lain. Jika ikut lomba, ajari anak untuk memiliki mental juara. Jika jadi pelaksana kegiatan, ajari siswa untuk menjadi organisator yang baik. Kasih buku yang berisi tentang keorganisasian dan kepemimpinan.

7. Bimbingan siswa pada ekskul jurnalistik dan sastra. Mengadakan ekskul jurnalistik dan sastra di sekolah. Akan lebih memantapakan implementasi membaca bagi para pelajar. Bisa dilaksanakan setiap pekan atau bimbingan layaknya seperti bimbingan skripsi. Setiap ada karya dan waktu longgar. Bisa dari guru selaku pembimbingnya, sesekali mengundang tamu dari luar. Pastikan setiap bimbingan ada kualitas bacaan dan juga kekaryaan.

8.Mengunjungi perusahaan koran atau perusahaan penerbitan. Mengunjungi perusahaan koran atau perusahaan penerbitan merupakan salah satu alternatif. Siswa akan tahu bagaimana cara mencetak koran, mulai dari penulisan berita, editing, pemilihan gambar, layout, pendistribusian sampai koran itu berada di tangan pembaca. Bila perlu kita juga minta pelatihan jurnalistik langsung oleh wartawannya. Sampai pada kaidah dan kode etik jurnalistik. Pasti siswa akan antusias.

9. Praktik mengirimkan karya ke media masa dibimbing oleh gurunya. Praktik mengirimkan karya ke media masa adalah puncak dari kegiatan ekskul. Ada sensasi luar biasa ketika siswa mengirimkannya, ketika karya sudah dikirim ada proses melatih kesabaran, melatih berdoa, melatih ketabahan. Semua itu perlu proses saat-saat menunggu tulisan dimuat. Jika karya dimuat beri ucapan selamat pada upacara bendera dan karyanya pajang di mading. Siswa akan senang dan akan banyak siswa lain yang akan ikut bergabung belajar membaca dan menulis.

10. Lomba membaca bagi siswa. Perlu dicoba, selama ini lomba-lomba bahasa berkutat pada pidato, debat bahasa, membaca puisi, menulis cerpen dan menulis puisi. Tetapi lomba membaca sangat jarang dilakukan. Padahal sederhana, sediakan stopwatch, kemudian teks atau wacana, soal pertanyaan, lalu pakai rumus Kecepatan efektif Membaca (KEM). Usai membaca siswa diminta menjawab soal yang jawabannya benar, maka dialah yang menjadi juara.

Sepuluh cara untuk meningkatkan minat baca dikalangan pelajar , perlu dicoba dan diimplementasikan di sekolah. Buat rancangan programnya agar semua kegiatan bisa tercapai dengan baik. Semoga dengan sepuluh cara tadi, ikhtiar kita membangun mutu dan budaya baca, bangsa kita bisa tegak berdiri dan mampu sejajar dengan bangsa lain di dunia.Peran orang tua dalam GERNASBAKU dalam era digital sangat diperlukan karena penanaman moral akhlaq di Sekolah Dasar diterapkan dalam pengembangan Sumber daya Manusia .oleh karena itu “Buku akan mengantarkanmu menuju telaga dan membaca adalah perahu untuk mengantarkannya.” Di Era digital Semua itu diperlukan .#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar